BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi masih dilihat layaknya sebuah mesin, diatur dan dikendalikan secara mekanistik, ada operator dengan pekerjaan cukup monoton, ada pemimpin dengan daya kendali imbalan atau hukuman (reward or punishment) untuk pekerjaan yang dihasilkan, kendali hasil atau output. Berbicara dan berpraktik mengorganisasi sampai pada tahap yang disadari masih juga barang langka. Sampai-sampai banyak orang, termasuk sebagian pakar bukan manajemen, mengatakan bahwa “manajemen itu rasional dan mudah”. Pakar dan pemikir manajemen, banyak praktisi baik dan sukses dalam mengelola organisasi mereka berkata bahwa “manajemen adalah “art, science, and craft”. Bayangkan, menatakelola (to manage) adalah berseni, ada seninya, ada ilmunya, dan ada tekniknya yang bersifat luwes lagi fleksibel, penuh daya penyesuaian, seperti orang membuat pottery, melukis, belajar main piano, bermusik jazz, dan seterusnya.
Penulis membayangkan satu organisasi yang orang-orangnya sedang sibuk berebut kuasa dan pengaruh. Beberapa manajernya mengundurkan diri secara tiba-tiba, paling tidak bagi kebanyakan orang yang mengetahuinya kemudian. Surat-surat elektronik di mailing list penuh dengan tuntutan dan cemooh. Beberapa pekerja profesional mulai berpikir untuk mengundurkan diri, entah itu sebagai letupan emosi hati ataukah niat yang sebenarnya hasil pertimbangan jernih pikiran. Beberapa pihak mulai melihat adanya penurunan kualitas produk yang ditawarkan dan rendahnya pelayanan purna jual. Sekelompok konsumen mulai beralih mata ke produsen lain.
Ketika membaca baris-baris tantangan manajemen moderen tulisan Gary Hamel dalam Harvard Business Review February 2009 tentang 25 tantangan dalam penatakelolaan organisasi masa kini dan masa mendatang. Organisasi yang saya gambarkan sekilas di atas jauh atau belum mampu menunjukkan kemampuan menjawab 25 tantangan tersebut. Pekerjaan Rumah luar biasa bagi organisasi tersebut jika ingin menjadi teladan.
Keduapuluhlima tantangan ini berimplikasi pada bentuk-bentuk organisasi moderen dalam menata desain organisasi; desain organisasi yang memungkinkan direalisasikannya pekerjaan manajemen untuk melayani tujuan yang lebih besar, mulia dan membawa misi sosial, melibatkan ide-ide komunitas dan warga negara dalam sistem manajemen.
Organisasi perlu merancang kembali landasan filosofis manajemen. Manajemen tidak hanya berkutat pada aspek efisiensi. Organisasi perlu mengeliminasi gejala-gejala hierarki formal. Kekuasaan lebih baik mengalir dari bawah dan pemimpin muncul, alih-alih ditunjuk.
Praktik manajemen dalam organisasi moderen ini penuh dengan kebebasan. Organisasi mengurangi ketakutan dan meningkatkan kepercayaan (trust). Ketidakpercayaan dan ketakutan merupakan racun inovasi dan mesti dihindari. Dalam kondisi ini organisasi perlu menemukan kembali cara mengontrol. Sistem pengendalian mesti mendorong pengendalian dari dalam alih-alih memberi batasan-batasan dari luar, larangan-larangan atau hukuman-hukuman.
Organisasi perlu mendefinisikan kembali kepemimpinan. Pemimpin adalah arsitek sistem sosial yang membuat inovasi dan kolaborasi terjadi. Keberagaman organisasi diperluas. Sistem manajemen menghargai perbedaan pendapat, diversitas dan divergensi, sama perlunya dengan menghargai kesatuan, konsensus, dan kohesi.
Tantangan manajemen organisasi moderen ini menuntut pula perumusan strategi secara emergent. Formasi atau pembentukan strategi mencerminkan prinsip-prinsip biologi (variety, selection, retention).
Organisasi perlu mengembangkan pengukuran kinerja yang holistik, yang mengukur dan memberi apresiasi pada kapabilitas manusia dan perekonomian kreatif. Sistem imbal jasa dan kompensasi memungkinkan para eksekutif memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.
Dalam sebuah organisasi pasti akan dipimpin oleh seorang apakah yang dinamakan pimpinan atau seorang manajer. Untuk mengelola organisasi tersebut diperlukan kecekapan seorang manajer. Selain itu juga seorang manajer juga harus mempunyai inisiatif bijaksana dalam mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan organisasi. Namun demikian, manajer juga pasti mempunyai tantangan-tantangan yang harus dihadapinya selama berorganisasi dalam tujuan mencapai tujuan organisasi.
B. Permasalahan
Dari hasil pendahuluan diatas, adapun yang menjadi permasalaan dalam makalah ini adalah mengenai lima (5) tantangan yang dihadapi oleh seorang manajer.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai oleh penulis adalah ingin mengetahui tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi oleh seorang manajer dalam suatu perusahaan.
D. Kerangka Pemikiran
Manajer merupakan seorang pemimpin atau seorang atasan yang membawahi beberapa bawahannya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan organisasi.
Kepemimpinan (manajerial) berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Seorang pemimpin (manajerial) yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari :
1. Reward power,yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyaihak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
4. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosokpemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpinadalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Manajer
Setiap perusahaan memiliki manajemen yang memegang berbagai peranan penting yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk diwujudkan bersama. Ada banyak peran yang harus dimainkan / diperankan para manajer secara seimbang sehingga diperlukan orang-orang yang tepat untuk menjalankan peran-peran tersebut.
Manajemen yang baik haruslah berperan sesuai dengan situasi dan kondisi pada perusahaan atau organisasi. Menajemen yang tidak bisa menjalankan peran sesuai tuntutan perusahaan dapat membawa kegagalan.
Berikut ini adalah Peranan Manajemen yang harus diperankan para Manajer:
1. Peran Interpersonal
Yaitu hubungan antara manajer dengan orang yang ada di sekelilingnya, meliputi ;
a. Figurehead / Pemimpin Simbol : Sebagai simbol dalam acara-acara perusahaan.
b. Leader / Pemimpin : Menjadi pemimpin yag memberi motivasi para karyawan / bawahan serta mengatasi permasalahan yang muncul.
c. Liaison / Penghubung : Menjadi penghubung dengan pihak internal maupun eksternal.
2. Peran Informasi
Adalah peran dalam mengatur informasi yang dimiliki baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi, meliputi ;
a. Monitor / Pemantau : Mengawasi, memantau, mengikuti, mengumpulkan dan merekam kejadian atau peristiwa yang terjadi baik didapat secara langsung maupun tidak langsung.
b. Disseminator / Penyebar : Menyebar informasi yang didapat kepada para orang-orang dalam organisasi.
c. Spokeperson / Juru Bicara : Mewakili unit yang dipimpinnya kepada pihak luar.
3. Peran Pengambil Keputusan
Adalah peran dalam membuat keputusan baik yang ditentukan sendiri maupun yang dihasilkan bersama pihak lain, meliputi ;
a. Entrepreneur / Kewirausahaan : Membuat ide dan kreasi yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kinerja unit kerja.
b. Disturbance Handler / Penyelesai Permasalahan : Mencari jalan keluar dan solusi terbaik dari setiap persoalan yang timbul.
c. Resource Allicator / Pengalokasi Sumber Daya : Menentukan siapa yang menerima sumber daya serta besar sumber dayanya.
d. Negotiator / Negosiator : Melakukan negosiasi dengan pihak dalam dan luar untuk kepentingan unit kerja atau perusahaan.
B. Tingkatan Manajer
Pada umumnya manajer memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, serta penyusunan staf namun dari sisi tingkat atau level manajemen dapat dibagi menjadi tiga / 3 macam, yakni :
1. Manajer Puncak / Top Manager
Tanggung jawab dari manajer puncak adalah keseluruhan kinerja dan keefektifan dari suatu perusahaan. Manajer tingkat puncak membuat kebijakan, keputusan dan strategi yang berlaku secara umum pada suatu perusahaan. Manajer puncak juga yang melakukan hubungan dengan perusahaan lain dan pemerintah.
2. Manajer Menegah / Middle Manager
Manajer tingkat menengah berada di antara manajer puncak dan manajer lini pertama. Manajer ini bertugas mengimplementasikan strategi, kebijakan serta keputusan yang diambil oleh manajer tingkat atas atau puncak.
3. Manajer Lini Pertama / First-Line Manager
Manajer tingkat bawah ini kebanyakan melakukan pengawasan atau supervisi para karyawan dan memastikan strategi, kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh manajer puncak dan menengah telah dijalankan dengan baik. Manajer lini pertama juga memiliki andil dan turut serta dalam proses pengimplementasian strategi yang telah ditetapkan.
C. Tantangan Yang Dihadapi Seorang Manajer
Benar-benar mustahil sekali andai dikatakan sama sekali tidak ada tantangan dalam keberlangsungan hidup organisasi. Karena kita bahkan tidak berani menjamin tidak ada organisasi yang sempurna. Hampir tidak ada organisasi yang sempurna, yang tidak pernah menghadapi tantangan. Tantangan demi tantangan bervariasi dalam kondisi. Kondisi satu organisasi juga tidak diingkari dalam kenyataannya dapat menjadi tantangan bagi organisasi lain. Kebijakan pemerintah yang membatasi langkah organisasi profit dan non profit sudah merupakan tantangan. Bantuan kelompok profit dan pemerintah yang turun deras pada organisasi non profit pun menimbulkan tantangan. Bertahannya UKM saat krisis ekonomi mendesak pemerintah mendaur ulang kebijakan-kebijakan. Tantangan demikian adalah saling bertautan antara satu organisasi dengan yang lain, terus bermunculan dari dalam dan dari luar. Dan adalah nyata organisasi senantiasa menghadapi tantangan-tantangan.
1. Tantangan pertama, tantangan tentang cara birokrasi menangani problem.
Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan dengan jelas dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat sehingga cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hirarki kekuasaan.
Dengan cara ini manajer dapat menangani problem atau masalah perusahaannya dengan alur dan jalan yang telah diatur sebelumnya sehingga masalah yang dihadapi akan dapat diselesakan secara baik dan profesional sehingga tujuan organisasi akan mudah tercapai.
2. Tantangan kedua, tantangan kekuatan-kekuatan yang menolak perubahan (inovasi ekstern)
Perubahan yang berasal dari luar sangat tidak dibutuhkan oleh seorang manajer dalam perusahaannya, karena dia hanya mengharapkan adanya perubahan yang dari dalam saja. Perubahan dari luar misalnya perubahan yang dilakukan oleh orang atau pihak luar, sehingga kekuasaannya akan tersisihkan oleh pihak lain.
Inovasi bukanlah hal yang buruk bagi sebuah perusahaan, namun inovasi didorong oleh kekuatan dari luar akan menghancurkan kekuasaan manajer sebuah perusahaan, karena inovasi yang berasal dari luar belum tentu sejalan dengan tujuan organisasi yang ada didalam perusahaan tersebut.
Kata inovasi dapat diartikan sebagai "proses” dan/atau “hasil” pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).
Inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau “agen/aktor”), baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara global. Sementara itu, inovasi sebagai suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi.
Istilah inovasi memang sering didefinisikan secara berbeda, walaupun pada umumnya memiliki pemaknaan serupa. Inovasi, dalam ilmu lingusitik adalah fenomena munculnya kata-kata baru dan bukan kata-kata warisan. Inovasi berbeda dengan neologisme. Inovasi bersifat 'tidak sengaja'.
3. Tantangan ketiga ialah tekanan dari kelompok-kelompok berkepentingan.
Kelompok berkepentingan (Interst group network) merupakan sebuah jaringan tertentu yang perilakunya dipengaruhi oleh pimpinan informal dari jaringan tersebut. Contoh-contoh kelompok berkepentingan misalnya organisasi-organisasi baru yang muncul untuk bantuan mencapai tujuan organisasi.
Seorang manajer akan sulit menerima tekanan dari kelompok-kelompok berkepentingan itu tadi sehingga seorang manajer sulit untuk menerima pendapat dan kritik dari para kelompok berkepentingan perusahaannya sehingga yang akan dirugikan nantinya adalah perusahaannya sendiri. Seorang manajer mempuyai visi dan misinya sendiri dalam mencapai tujuan organisasi, tetapi bukan begitu harus menyepelekan pendapat dari kelompok berkepentingan tadi.
4. Tantangan tentang kesukaran untuk membagi rata keputusan dengan individu maupun organisasi lain diluar organisasi kita.
Tantangan dalam membagi rata keputusan dengan individu maupun organisasi lain diluar organisasi kita memang sangat sulit untuk dilakukan dengan alasan bahwa antara organisasi yang dipimpin seorang manajer dengan organisasi yang diluar mungkin akan berbeda pendapat dan berbeda visi dan misinya. Untuk itu, keputusan yang akan dibuat sangat sulit sekali. Keputusan dari seorang manajer sangat menentukan jalannya sebuah perusahaan kedepannya, sehingga manajer harus bijaksana dalam membagi keputusan yang akan diambilnya.
5. Dan tantangan kelima tidak lain efektifitas serta efisiensi.
a. Efektifitas
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut “Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif ”.
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah “ Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input“.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
1) Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.
2) Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.
b. Efesiensi
Efisiensi merupakan pemanfaatan sesuatu dengan cara yang maksimal dengan hasil yang maksimal juga. Seorang manajer harus mampu memanfaatkan waktu maupun tenaga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk kepentingan perusahaan demi terciptanya tujuan organisasi dengan cara yang semaksimal mungkin dengan hasil yang memuaskan.
Seorang manajer yang mengambil sikap efesiensi akan sangat dirasakan hasilnya seandainya seorang manajer mempuyai sikap yang bijaksana dalam memimpin bawahannya, memberikan apa yang patut diberikan kepada bawahannya sehingga bawahannya mampu untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Dengan mengingat begitu banyak tantangan terkadang nyali kita ciut mengerucut namun adalah usaha dan langkah apa yang dilakukan oleh seorang manajer dalam menghadapi tantangan tersebut menjadi sebuah usaha yang nantinya akan menuju tujuan organisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pokok bahasan yang telah penulis sajikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa ada 5 tantangan yang dihadapi oleh seorang manajer antara lain:
1. Tantangan pertama, tantangan tentang cara birokrasi menangani problem.
2. Tantangan kedua, tantangan kekuatan-kekuatan yang menolak perubahan (inovasi ekstern)
3. Tantangan ketiga ialah tekanan dari kelompok-kelompok berkepentingan.
4. Tantangan tentang kesukaran untuk membagi rata keputusan dengan individu maupun organisasi lain diluar organisasi kita.
5. Dan tantangan kelima tidak lain efektifitas serta efisiensi.
B. Saran
Saran penulis bagi seorang manajer yang memiliki tantangan tersebut harusnya cekap dalam memimpin organisasinya, seorang manajer juga harus mempunyai keterampilan dan keahlian yang profesional dalam berorganisasi, dan bijaksana dalam menentukan dan membuat suatu keputusan yang nantinya juga akan berpengaruh kepada hasil yang akan dicapai. Tanpa ketelitan dan kebijaksanaan membuat dan mengambil keputusan, akan membuat perusahaan menjadi hancur.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, John dan Ken Guy (1997). Innovation and Competitiveness. Technopolis. July 1997.
DISR. (1999). Shaping Australia’s Future: Innovation - Framework Paper. Department of Industry, Science and Resources. Australia. October 1, 1999.
Hidayat (1986). Manajemen Sumber Daya Manusia bagi Perusahaan: Yogykarta: Gramedia
Prasetyo Budi Saksono (1984). Manajemen Perusahaan. Bandung: Grafika Utama
Thursday, November 25, 2010
Makalah mengenai tantangan yang dihadapi oleh seorang manajer
Posted by Al Ansori on 6:40 AM
5 comments:
artikel yang menarik, kami juga punya artikel tentang 'Inovasi Organisasi' silahkan buka link ini
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3385/1/LAPORAN%20EKSEKUTIF.pdf
semoga bermanfaat ya
tolong dong mas, permasalahan-permasalahan yang dihadapi manajer apa saja. tolong dijawab mas
Mas haidir, permasalahan yang dihadapi manajer biasanya adanya kurang koordinasi bawahan dengan atasan, sehingga sulit untuk mencapai tujuan organisasi
menerima tantangan sebagai proses itu bagaimana.. bisa di jelaskan
Tantangan manajemen di masyarakat apa saja kak?
Post a Comment
Silakan Anda berkomentar, Namun tetap Jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam. SObat yang me-link saya, saya balas dengan me-link sobat..